Saya mulai dengan satu pertanyaan. Apa perbedaan antara Prabowo saat debat dengan sesudah debat? Kalau kalian sudah paham karakter Prabowo, pasti bisa menjawab ini dengan mudah.
Jawabannya, saat debat Prabowo seperti macan yang tidak ada taringnya. Tapi sesudah debat, Prabowo menjadi macan yang garang dan galak.
Buktinya ada dua. Pada debat pertama, Prabowo ditanyai soal etika karena tetap nekat Gibran sebagai cawapres, meskipun putusan dari MK sangat kontroversial dan MKMK memutuskan hakim melakukan pelanggaran etik. Prabowo tidak berkutik, tidak tahu harus menjawab apa.
Tapi beberapa hari kemudian, di acara internal Rakornas Gerindra, Prabowo kelihatan jengkel dan mengungkit lagi soal etik itu. Dia bilang, Ndasmu etik.
Prabowo ngomong Ndasmu, itu sudah biasa. Mungkin bagi generasi muda, ini agak mengejutkan karena selama ini selalu melihat joget gemoy. Mereka tidak menyangka, di balik gemoy-nya Prabowo, ada sifat buruk yang tertutup rapat. Di balik sifat jenaka, ada sifat gelap yang kalau dipancing maka emosinya akan meledak.
Sejak ucapan Ndasmu etik menjadi viral, Prabowo sudah kewalahan. Sentimen makin negatif. Prabowo dicap tukang marah. Hasil survei terpengaruh. Bahkan para buzzer dan pendukungnya harus jungkir balik menjilat sampai bersih.
Di debat ketiga, Prabowo lagi-lagi diserang soal kepemilikan lahan seluas 340 ribu hektar. Prabowo kesal dan mengatakan itu tidak benar. Di debat, Prabowo tidak berkutik, seolah pasrah ditonjok dengan telak.
Tapi beberapa hari setelah debat, sifat aslinya muncul lagi. Pada Selasa lalu, di acara konsolidasi relawan Prabowo-Gibran di Riau, Prabowo mengungkit lagi kritik dari Anies di debat mengenai kepemilikan lahan seluas 340 ribu hektare. Prabowo sangat kesal.
Dia bilang begini, "Saudara-saudara, ada pula yang nyinggung-nyinggung punya tanah, berapa punya tanah ini, dia pinter atau goblok sih?"
Jujur, saya prihatin dengan pilpres kali ini. Kok bisa ada capres yang emosian, dan tidak pernah belajar dari kesalahan. Dari sini saya menarik kesimpulan bahwa Prabowo ini sangat tidak layak jadi presiden. Emosi yang ada dalam diri Prabowo, terlalu ganas, sehingga dia sering kalap dan keluar dari jalur logika.
Coba kalian bayangkan, ada presiden ngomong Ndasmu, atau goblok. Gimana kira-kira pandangan kalian kalau Indonesia dipimpin orang seperti Prabowo. Kalau sudah kesal, langsung bicara kasar dan gebrak meja. Mau di taruh di mana wajah Indonesia kalau presidennya emosian dan selalu dikalahkan oleh emosi sendiri? Di mana wibawa dan martabat Indonesia kalau presidennya selalu memakai umpatan kasar tiap kali ada yang mengkritik dia?
Saya penasaran, mereka yang mendukung Prabowo, apakah nalarnya baik-baik saja? Banyak yang mau-maunya menjilat dan membela mati-matian. Banyak yang menggadaikan kewarasan dan hati nurani. Banyak yang mengobral harga diri demi memuji Prabowo setinggi langit.
Sementara itu, Bawaslu menyebut umpatan Prabowo yang mengatakan 'Goblok' bisa melanggar aturan Pemilu.
Ini ada di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu Pasal 280 Ayat 1 huruf C. Bunyi pasal itu adalah pelaksana, peserta, dan tim kampanye pemilu dilarang menghina seorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta pemilu lain.
Nantinya saat menangani kasus ini, Bawaslu akan menggandeng ahli bahasa untuk memeriksa ucapan Prabowo. Tapi sampai saat ini Bawaslu belum menerima laporan dugaan pelanggaran dari Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang saat itu berada di lokasi pidato Prabowo.
Untuk kasus ini, tidak penting apakah ada laporan atau tidak. Tapi intinya, Prabowo bangga membuktikan pada kita semua bahwa dia ini emosian. Disenggol sedikit saja, langsung kesal dan mengumpat. Prabowo garang di hadapan pendukung dan relawan. Tapi pas debat, dia seperti anak sekolah yang gemetaran saat ujian karena tidak sempat belajar.
Tanpa perlu menyebut itu pelanggaran pemilu, masyarakat awam sudah paham kalau ucapan Prabowo sangat tidak pantas. Sebagai calon presiden, gaya bicaranya seperti orang ugal-ugalan yang tidak tahu sopan santun. Ini adalah etika dasar yang anak sekolah pun tahu.
Tidak ada komentar: