Kontroversi seputar pencawapresan Gibran Rakabuming Raka, semakin memanas setelah pemberitaan kontroversial dari media asing terkemuka, Aljazeera. Dalam laporan yang diunggah pada Sabtu, 23 Desember 2023, Aljazeera memberi label kontroversial kepada Gibran dengan menyebutnya sebagai 'nepo baby' atau bayi nepotisme.
Sejak pengumuman pencalonannya pada bulan Oktober sebelumnya, Gibran Rakabuming Raka terus terjebak dalam pusaran kontroversi yang memicu sorotan tajam dari masyarakat. Aljazeera mencatat bahwa pandangan negatif terhadap Gibran dipicu oleh persepsi masyarakat Indonesia terkait keterkaitannya dengan nepotisme dan kekurangan pengalaman politiknya. Meskipun telah menjabat sebagai wali kota Surakarta selama dua tahun, banyak yang meragukan apakah pengalaman tersebut mencukupi untuk mendukung klaim kelayakan Gibran sebagai calon wakil presiden. Aljazeera menyoroti perbandingan antara Gibran dan pesaingnya, seperti Abdul Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD, yang dinilai memiliki pengalaman politik yang lebih luas.
Salah satu aspek yang menarik perhatian Aljazeera adalah keterlibatan Mahkamah Konstitusi dalam pencalonan Gibran. Keputusan Mahkamah Konstitusi pada Oktober 2023 yang melonggarkan persyaratan usia minimum untuk calon presiden dan wakil presiden menjadi titik kontroversial. Aljazeera mencatat bahwa saat itu, Ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman, adalah saudara ipar dari Presiden Jokowi. Meskipun Anwar Usman kemudian dicopot dari jabatannya setelah dinyatakan bersalah oleh komite etik, keputusan kontroversial tersebut tetap meninggalkan dampak besar pada opini publik terhadap Gibran.
Dalam analisis Aljazeera, Gibran dinilai lebih menekankan gaya daripada substansi dalam kampanyenya. Meskipun diakui sebagai sosok yang lebih terlatih dibandingkan dengan beberapa pesaingnya, Gibran dianggap cenderung mengandalkan kombinasi slogan dan fakta tanpa memberikan paparan yang kuat terkait substansi kebijakan. Kritik ini dikemukakan oleh Ian Wilson, seorang dosen studi politik dan keamanan di Universitas Murdoch di Perth, Australia.
Aljazeera juga menyoroti kesulitan Gibran untuk melepaskan stigma 'nepo baby'. Meskipun berupaya membranding diri sebagai generasi milenial yang berpikiran segar, citra Gibran masih terikat erat dengan sosok ayahnya, Jokowi. Menurut Wilson, komitmen Gibran untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan khas Jokowi, seperti proyek ibu kota nusantara, semakin memperkuat ikatan keluarganya. Dengan demikian, kontroversi seputar pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden semakin membuka babak baru dalam perdebatan politik Indonesia.
Selain itu, pemberitaan Aljazeera juga menyoroti reaksi masyarakat Indonesia terhadap kontroversi ini. Berbagai kelompok masyarakat, termasuk aktivis dan organisasi masyarakat sipil, telah mengeluarkan pernyataan keras terkait pencalonan Gibran. Mereka menegaskan pentingnya menjaga integritas demokrasi dan mencegah nepotisme dalam dunia politik.
Tidak hanya itu, sejumlah figur politik dalam negeri juga memberikan pandangan mereka terkait isu ini. Beberapa politisi menekankan bahwa dalam pemilihan seorang pemimpin, substansi dan integritas harus menjadi fokus utama, bukan hanya popularitas atau koneksi keluarga. Dengan demikian, kontroversi seputar Gibran Rakabuming Raka tidak hanya menjadi sorotan media internasional, tetapi juga menciptakan perdebatan yang intens di tingkat nasional.
Tidak ada komentar: